Welcome

Dengan menulis ini lah caraku untuk berprotes dan bersyukur atas kehidupan dunia. Menuliskan setiap apa yg ku lihat, ku dengar, dan ku rasakan. Pesan, nasihat, perasaan, kebahagiaan, kesedihan, apapun itu yang terjadi, tulis! Menulislah seperti bernafas :)

Nakal

Senin, 06 Januari 2014

Pas lagi asik scroll down TL twitter, ngga sengaja ngelihat tweetnya ustad Fauzil Adhim.. Temanya tentang kenakalan anak. Dari tweet pertama yang saya baca, yaitu tentang kenakalan anak ketika masih kecil, memori saya tentang masa lalu kepanggil. Seperti inget sosok seseorang yang kurang lebih punya pengalaman yang sama dengan tweet tersebut. Dan saya jadi korban kenakalannya. wekekeke :p
"Hmmm, info menarik nih", pikir saya. Lalu saya coba merangkai setiap tweet demi tweet beliau, saya rangkum dan saya satukan untuk saya jadikan sebagai reminder saya kelak ketika saya punya anak. Kurang lebih begini rangkumannya:



Ada anak yang ketika kecil nakal sekali, saat dewasa justru menjadi orang besar yang kehadirannya memberi manfaat bagi ummat manusia. Tetapi ini bukan berarti untuk menjadi orang besar, masa kecilnya harus nakal. Banyak orang besar yang sejak kecil sudah sangat baik. Tak sedikit dalam sejarah, orang-orang yang membawa kerusakan di masa dewasa, ternyata saat kecil telah menunjukkan perilaku nakalnya. 

Bermula dari masa kecil yang tak tertangani dengan baik, keburukan itu melekat padanya hingga masa dewasa. Ia rusak dan merusak orang lain. Menyederhanakan masalah bahwa kenakalan anak bermanfaat untuk keberhasilannya di masa dewasa, merupakan kesimpulan yang terlalu gegabah. Sederhana itu memang tanda bijaksana (simplex veri sigillum), tapi terlalu menyederhanakan persoalan tanda kurang wawasan & dangkal berpikir

Sama kelirunya menganggap kenakalan anak merupakan pertanda masa depan yang sangat buruk. Ini juga terlalu menyederhanakan masalah. Belakangan ini banyak orangtua maupun guru yang menghindari kata nakal dengan keyakinan bahwa itu justru menjadikan anak benar-benar nakal. Mereka bersibuk menghalus-haluskan kata, mengindah-indahkan istilah sehingga justru semakin membingungkan. Bukan menyelesaikan akar masalah. Sesungguhnya menghapuskan kata nakal sama sekali berbeda dengan mengatasi kenakalan. Kekhawatiran para pendidik terhadap istilah nakal agaknya bermula dari kerancuan antara memahami kenakalan dengan menjuluki nakal.

semoga bermanfaat bagi semuanya :)

0 komentar:

Posting Komentar

LeyLa's Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino