Cinta bukan hanya tentang pikiran dan perasan.
Cinta tidak semata-mata harapan dan keinginan, tetapi cinta melatih kesabaran, cinta adalah perjuangan.
Sebab cinta itu memberi, cinta itu berkorban.
Cinta mengajarkan tentang memberi tanpa mengharapkan balasan.
Sesuai apa yang pernah kau bilang padaku dulu, kalo cinta ya cinta aja, ga pake needy!
Seiring berjalannya waktu,
lambat laun aku setuju :)
Jatuh cinta tidak pernah memlilih apakah seseorang itu sudah ada yang memiliki atau belum milik siapa-siapa.
Namun terkait suatu statement bahwa "Cinta tidak harus memiliki", muncul pertanyaan dalam benak.
"Mencintai Tanpa Memiliki, Memang Bisa?"
Mengapa mencintai tapi tidak dapat memiliki?
Itu artinya yang dicintai sudah dimiliki atau milik orang lain.
Sehingga tidak dapat memiliki secara lahir dan bathin.
Bukan begitu???
Kalo yang dicintai belum dimiliki oleh orang lain, pantaskah kita bicara bahwa cinta tidak harus memiliki?
Jadi mengapa harus ada ‘Cinta yang tidak harus memiliki’?
Apa alasannya mengapa cinta itu tidak dapat dimiliki, sedangkan ia yang dicinta belum dimiliki orang lain.
Hanya sebuah jawaban isyarat saja kah?
Bukankah selama yang dicinta masih belum milik orang lain, masih ada jalan untuk berjuang.
Kembali lagi pada arti cinta itu sendiri, yakni sebuah perjuangan.
Bila memang cinta sejati sudah selayaknya diperjuangkan agar dapat saling memiliki.
Karena jika kita mencintai, maka naluri ingin memiliki secara otomatis akan mengiringi.
Tinggal tawakkal saja, berserah diri terhadap takdirNya.
Ini juga bentuk upaya perjuangan.
Tetapi bila tidak cinta itu hanya sebatas kesenangan dan nafsu saja, tanpa diiringi keinginan memilikinya.
Itu namanya bukan cinta.
Lantas mengapa masih ada orang yang tidak mau berkorban untuk cintanya?
Karena mungkin tidak benar-benar mencintai alias cinta palsu.
Itu saja.....
Mojokerto 11 Januari 2014, 09.17 pm
0 komentar:
Posting Komentar