Lho lho lho... kok gitu? Kok ga usah terlalu banyak persiapan? Kan tadi nanyainnya emangnya udah siap? Berarti biar siap ya butuh persiapan donk. Kenapa?
Karena peranan dan tanggung jawab seorang ibu terhadap anaknya itu sangatlah besar.

Dalam kondisi saat ini para ibu seolah dituntut untuk masuk ke dalam sektor publik, baik itu terkait masalah profesionalitasnya, maupun tuntutan ekonomi untuk membantu menopang keuangan rumah tangga. Berawal dari sinilah solusi untuk mensekolahkan anak dalam usia yang masih dini atau sekedar menitipkan anak di penitipan yang "tepat" muncul. Solusi ini tetap menjadi pilihan yang terbaik daripada ibu tidak mengerti apa yang hendak diajarkan kepada anaknya, sehingga anak tumbuh tanpa konsep yang jelas.
Hmm,,, jadi kepikiran. Ibu masa kini punya tanggung jawab yang berat. Peran ganda tersandang di pundaknya, antara bekerja dan mendidik anak dirumah, membuat banyak para ibu kebingungan dan tertatih dalam menjalani hidupnya. Kalo menurut analisisku sih, maksud dari para ibu untuk masuk ke dalam dunia kerja sektor publik yakni agar dapat memberdayakan dirinya sendiri supaya lebih mandiri dalam segi ekonomi. Tapi faktanya, hmm... Peran ibu yang optimal di kariernya sering nggak diikuti sama peran optimal di rumah tangganya. Sering lho ya, aku nggak bilang selalu. :D
Dengan banyaknya ibu yang berkarier di luar rumah mencari nafkah, peluang terjadinya ketidakharmonisan keluarga juga lebih terbuka. Misalnya nih, ibu yang lelah sepulang kerja biasany lebih mudah mengalami gangguan emosi. Nah, akhirnya anak yang seringkali jadi sasaran pelampiasan. Anak juga cuma dapat waktu sisa, akhirnya komunikasi antar anak dan ibunya jadi sering terkendala.. Hmm..What a pity...:'(
Dahulu, masih sering ku jumpai mayoritas ibu yang punya banyak waktu bersama anak-anaknya, mengajarkan nilai-nilai kebaikan, menunjukkan mana yang benar dan salah. Ibaratnya nih, kita masih punya perisai buat melindungi kita dari hal buruk yang terjadi di sekitar kita. Sekarang, anak-anak tidak memiliki perisai itu. Para ibu saat ini lebih banyak yang menghabiskan waktu di luar rumah untuk mencari uang. Atau kalaupun di rumah, ibu-ibu tersibukkan dengan berbagai tayangan televisi seperti sinetron,telenovela dan infotainment. Alih-alih anak dilindungi dari tayangan yang tidak mendidik, malahan anak-anak diajak ikut nonton, menghabiskan sebagian besar waktunya di depan televisi. Hadeeehhh... -____-
Sebenarnya, ibulah yang dapat membentuk pribadi tangguh dalam diri anaknya. Ibulah yang pertama kali mampu membentuk anaknya, menjadi anak yang sholeh dan sholeha. Ibulah orang yang paling berpengaruh dalam kehidupan anaknya. Membentuk generasi bermental pemimpin yang sholeh dan cerdas bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi, tapi ya memang perlu usaha yang ekstra keras untuk mewujudkannya. Untuk mewujudkan anak yang yang berkualitas diperoleh dengan proses pendidikan dan pembinaan. Ini adalah proses yang panjang dan berkesinambungan. Pendidikan tidak hanya didapatkan anak sejak dia masuk sekolah. Namun, sejak dalam kandungan,dilahirkan, dan kembali kepada Allah.
Syariat islam sudah menetapkan, kedudukan utama seorang perempuan adalah sebagai ibu (ummu) dan pengatur rumah tangga. Sebagai ibu, seorang perempuan, setelah menikah dan hamil, harus bisa menjaga diri dan kandungannya dengan sebaik mungkin. Setelah melahirkan, ia harus menyusui, merawat, dan membesarkan anaknya. Di sinilah seorang perempuan memiliki hak radhâ‘ah (penyusuan) dan hak hadhânah (pengasuhan), sekaligus—bersama suaminya—memiliki kewajiban tarbiyah (pendidikan).
Sementara itu, sebagai pengatur rumah tangga, seorang perempuan Muslimah harus bertanggung jawab terhadap segala urusan kerumahtanggaan agar rumahnya itu secara fisik benar2 menjadi tempat yang sehat, aman, dan nyaman untuk semua penghuninya; dan secara psikologis bisa memberikan rasa tenteram. Dari sana akan tercipta apa yang disebut rumah tangga yang sakinah.
Menjalankan peran sebagai ibu dan pengatur rumah tangga adalah aktivitas yang sangat mulia. Ibu berperan penting dalam pembentukan keluarga,pendidikan ibu merupakan modal utama dalam mendidik anak. Keterbatasan pengetahuan dan pendidikan ibu merupakan unsur yanag dapat menghambat ibu dalam membentuk kepribadian anak secara maksimal.
Keluarga sebagai institusi umat yang pertama dan utama, yang melahirkan anak yang berkualitas sebagai penerus generasi. Peran ini akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. Karena itu, peran ini harus dijalankan secara sungguh-sungguh. Karena itu, perlu persiapan matang agar sejak sebelum berkeluarga, seorang perempuan Muslimah tidak terkaget-kaget dan merasa berat dengan beban itu. Nah kan, sekali lagi tak perjelas ya.. perlu banget yang namanya persiapan! Pertama, diperlukan persiapan ilmu, yaitu ilmu yang berkaitan dengan bagaimana menjalankan peran sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, juga peran di luar rumah tangga. Kedua, persiapan fisik. Calon ibu harus memiliki fisik yang sehat agar bisa melahirkan dan membesarkan generasi yang juga sehat. Tanpa fisik yang kuat, peran tersebut tidak akan berjalan dengan optimal. Ketiga, persiapan mental.
Ibu yang cerdas juga akan menyadari bahwa Anak adalah amanah, mendidik anak adalah sebuah kewajiban, bukan pilihan. Rasulullah bersabda “ Didiklah anakmu dan baguskanlah akhlaknya, dengan mengajarkan kepada mereka olah jiwa, dan memperbaiki akhlak,” (HR. ad-Dailami)
Sebenarnya rumahlah sekolah pertama untuk anak, bukan Playgroup atau PAUD. Sadar atau tidak,dari rumah anak pertama kali belajar. Anak melihat apa saja yang dilakukan ibu dan ayahnya. Dan kemudian dia akan mencontohkannya. Anak bisa melihat benda yang dan warna yang dipegang ibunya. Dan mendengar kisah nabi serta lantunan ayat al- Quran dari ibunya. Inilah faktor utama pembelajaran anak.
"IBU adalah dahan pijakan anak untuk meraih pucuk kehidupannya. Bila dahan itu patah, anak akan jatuh bersamanya dan tidak akan pernah sampai di puncak."
Wallahua'lam bish Showab....
Semoga bermanfaat :)
NB: Sumber inspirasi dari majalah iklan kota edisi 28/III/Januari 2014 dengan berbagai modifikasi dari saya sendiri. :D
0 komentar:
Posting Komentar