
Jam 12.45 siang Allah mempercayaiku untuk
mulai mampu menghirup udara di dunia, saat itu ibu sekuat tenaga bertaruh nyawa melepasku untuk menikmati indahnya dunia ini. Menghadirkan diriku ditengah keluarga untuk mengudang guratan senyum indah mereka sebagai pertanda bahagia menyambut keberadaanku. Alhamdulillah aku ga jadi lahir di atas becak, aku lahir diatas ranjang bu Is,bidan kepercayaan orangtuaku. Saat itu juga aku resmi hidup, punya ayah ibu, dan 3 saudara. Senangnyaa :)
mulai mampu menghirup udara di dunia, saat itu ibu sekuat tenaga bertaruh nyawa melepasku untuk menikmati indahnya dunia ini. Menghadirkan diriku ditengah keluarga untuk mengudang guratan senyum indah mereka sebagai pertanda bahagia menyambut keberadaanku. Alhamdulillah aku ga jadi lahir di atas becak, aku lahir diatas ranjang bu Is,bidan kepercayaan orangtuaku. Saat itu juga aku resmi hidup, punya ayah ibu, dan 3 saudara. Senangnyaa :)
Sebuah nama diberikan ayah dan ibu sebagai kado pertama dan
terindah untukku. Kado yang selamanya akan aku pakai, sebuah nama yang indah
“Lailatul Maghfiroh” yang artinya malam pengampunan. Tapi entah mengapa dari
nama itu kebanyakan orang menafsirkan bahwa kelahiranku di malam hari bulan
Ramadhan, mungkin karena di bulan Ramadhan ada Lailatul Qadar, dan itu sedikit
“nyrempet” dengan Lailatul Maghfiroh. Sempat melintas dipikiranku, apa ayah dan
ibu salah kasih nama ya? Aku lahir siang hari, dan tidak di bulan Ramadhan tapi
namaku mengarah ke makna itu. Hehehe biarin lah yang penting ini adalah yang
terbaik yang mereka berikan untukku. Alhamdulillah…
Ketika umurku 4 tahun adalah masa dimana aku masih haus belaian
kasih sayang dan manja pada kedua orang tuaku. Kebetulan aku adalah anak bungsu,
yang mana seperti layaknya anak bungsu lainnya dapat bonus perhatian ekstra
dari orangtua.hehehe…. Masa kecilku
kunikmati dengan bahagia bersama kedua orang tuaku dan ketiga kakakku. Setiap hari aku ditimang ibu, “anak
ayu ayu ayu, anak pinter pinter pinter” lirik timangan khas dari ayah dan
ibuku dengan harapan kelak aku menjadi anak yang cantik hati dan parasnya,
serta menjadi anak yang pintar. Sebelum tidur aku dibelai dengan penuh kasih
sayang sambil dilantunkan syair doa “Robbana yaa Robbaana, Robbana dzholamna
anfusana wa illam taghfirlana wa tarhamna lana kunanna minal khosirin”.
Dengan lantunan doa itu, entah kenapa sepertinya doa ini punya sihir ngantuk
yang sangat ampuh. Seketika aku bisa tidur pulas dalam pelukan ibuku.
Setiap pagi dan siang kuhabiskan waktu untuk bermain dengan
kawan sebayaku dan saudara-saudaraku, mulai dari sonda, jolipan, sengidanan
sampai masak-masakan, semua terasa sangat menyenangkan. Menjelang dzuhur, ku
akhiri permainanku untuk istirahat tidur siang sebentar, bangun tidur aku
berangkat mengaji di TPQ walau masih “ulek-ulek undi” alias pupuk bawang
aku tetep semangat ngaji jilid 1. Hehehe ---bersambung---
1 komentar:
Salam kenal ya? Ceritanya asik ney?
Posting Komentar